Senin, 20 Juni 2011

Kenapa Band Indie Cepet Bubar??

Ada band bagus, punya karya yang bagus, konsep yang bagus, tapi manajemennya gak bagus, dalam artian manager cuma formalitas, job gak ada, personil gak eksis, ide-ide akhirnya menuju jalan buntu, alhasil bandnya bubar.

Ada band bagus, karya yang bagus, konsep bagus, salah satu personil merangkap leadernya nya cukup eksis dikenal banyak orang, job mulai banyak, meskipun rata-rata gak dibayar, karena kebanyakan diajak atas dasar pertemanan, selalu gonta-ganti manager karena nyari yang bener-bener mau bekerja untuk band susah banget, meskipun akhirnya gak ada manager. personil alias leadernya cape sendiri, maen sering tapi gak ada timbal balik nya, cuma kepuasan batin aja, trus band nya bubar juga pada akhirnya.

Ada band bagus, karya yang bagus, konsep bagus, salah satu personil merangkap leadernya nya cukup eksis dikenal banyak orang, job mulai banyak, punya manager, karena bandnya bagus, selalu pasang harga tinggi, gak mau main gratisan even untuk promosi, sekali dua kali berhasil, tapi lama kelamaan orang mulai bosan, meskipun lagu-lagu baru banyak, tapi tetap manager gak mau nurunin harga perform, akhirnya bandnya mulai jarang manggung, dan bubar..

Ada band biasa saja, baik itu karya maupun konsepnya, punya manager handal, bahkan personilnya gak perlu sampai ikut-ikutan promosi, semua ada manager yang ngerjain. Tapi karena karyanya yang ‘biasa saja’ dan permintaan manager yang gak mau bandnya gratisan, harga yang terlalu tinggi, namun diimbangi dengan kualitas permainan yang biasa saja maka bandnya sepi job, jarang manggung, akhirnya personilnya cabut satu persatu, dan bandnya bubar juga.

Ada band yang jelek banget, baik dari segi musik maupun kualitas permainan, tapi punya manager yang handal banget, selalu bisa ngelobi untuk bandnya tampil, dengan bayaran fleksibel, yang penting dapet duit, dan bandnya tetep eksis, pemikiran manager berbalik, semakin jelek band ini, semakin buruknya rumor yang beredar di masyarakat jutru semakin melambungkan nama band, dan anehnya semakin eksis pula mereka dari panggung ke panggung.

Kenapa bisa kaya gt ya?
Lalu dua orang teman saya berdebat satu sama lain..

Sebenernya mana yang harus didahulukan dalam sebuah band?

Karya yang bagus?
(kenapa band-band terkenal pasti personilnya rata-rata sudah ‘berumur’? apakah umur yang matang baru membuat mereka menghasilkan karya yang bagus?)

Eksistensi personil?
(gue eksis di temen-temen seumuran, tapi tetep aja band gue gak maju-maju, mau buat acara mahal modalnya, nyewa alat, tempat, segala macem, sponsor distro, duh hari gini mana mau ada yang ngasih duit.)

Skillfull player?
(Yah, orang-orang yang ber-skill gak mau diajakin susah, mereka maunya langsung major label, dapet produser, trus dibayar)

Cari manager yang bener-bener mau susah sama-sama, me-manage band ‘mah bisa sembari jalan?
(emang ada orang kaya gt, kalo pun ada pasti jarang banget, yang mau jadi manager band baru pasti temen-temen sendiri, itu juga jadi manager cuma buat gaya-gayaan aja)

Fans base yang kuat?
(klo fans basenya temen-temen doang gmana? Klo pun ada orang luar yang nonton itu pasti acara gratisan, klo pake tiket box, yang dateng sepii banget.)

Merilis album?
(boro-boro, brapa duit tuh? minta duit buat latian aja susah..)

Performance fee?
(gue sih diajak maen aja udah sukurr, tapi males juga gue gini-gini terus, ongkos bensin gak ada, makan aja gak dapet, klo mau nolak malah n’tar band gue gak diajak maen lagi, yang satunya berkata, band gue udah rilis album, masa maen gak dibayar? Klo pun dibayar kok cuma segitu sih?)

Lalu solusinya?

Memang musik itu berasal dari hati, tapi kadang-kadang seseorang bisa jenuh bukan?

Semua pasti menuntut sesuatu yang lebih baik, minimal ada timbal balik, karena semua ini adalah take and give menurut saya.

Hal seperti ini yang membuat kebanyakan band (terutama indie) tidak bertahan lama, dan akhirnya bubar.

Atau mungkin harus melakukan seperti kebanyakan teman-teman bekerja sambil bermain band, jadi jadikan band itu sebagai sampingan / hobby?

Saya sendiri banyak belajar dengan band – band lain,
Belajar bagaimana pentingnya manajemen band dari The Upstairs
“How to make a good relationship with everyone” dari Ballads of the Cliché
Bagaimana menghasilkan karya musik dan visual yang total dari White Shoes and the Couples co.
Bagaimana mencetak cover flyer dan poster dengan biaya murah namun hasil maksimal dari The Sabotage.
Bagaimana merajai promosi di dunia maya dan menjalin hubungan dengan band luar dari thedyingsirens dan Everybody Loves Irene
Bagaimana memelihara keharmonisan antar personil dari D’zeek.
Bagaimana menulis lirik bahasa Indonesia yang baik dan tidak kacangan dari C’mon Lennon dan Efek Rumah Kaca.

Dari mereka saya banyak belajar,
Saya sendiri belum bisa memberikan solusi terhadap perdebatan teman-teman saya diatas, karena semua tidak datang begitu saja.

Do your best and God will do the rest!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar